“Dia mah sudah pintar dari S1 dulu.“
Salah satu pernyataan yang akrab di telinga kita (tidak terkecuali bagi Kak Rica) tapi ternyata dikategorikan sebagai fixed mindset.
Sabtu sore kemarin menjadi kesempatan berharga karena bisa bertemu dan bercerita dengan Kak Rica Asrosa pada webinarnya Gritty yang berjudul “Growth Mindset and Resilience”. Meskipun hanya bertemu via daring karena pematerinya sedang di luar negeri, tapi pertemuan tersebut sama sekali tidak mengurangi semangat saya untuk mengosongkan gelas. Webinar yang berjalan selama dua setengah jam juga tidak terasa lamanya, karena banyak sekali ilmu softskill yang saya dapatkan.
Inilah pentingnya reframing failure, yakni mengubah cara pandang terhadap kegagalan agar dapat menjadi pengalaman yang bermanfaat. Teknik ini melihat kesalahan sebagai data dan pembelajaran, bukan label diri. Karena penelitian dari (Lieberman, 2013) menunjukkan bahwa kegagalan yang diproses dengan benar justru memperkuat koneksi saraf dan mempercepat pembelajaran. Sehingga, jika kita langsung menyerah atau menyalahkan, ini bakal menurunkan kemampuan kita untuk mencoba lagi dan otak akan kehilangan kesempatan untuk membangun jalur pembelajaran yang baru.
Terdapat empat teknik reframing failure yang diajarkan pada webinar kemarin, yaitu sebagai berikut.
Dari kasus ini, saya belajar bahwa manusia itu cenderung dinamis. Sehingga, saya memang engga boleh bergantung sepenuhnya pada orang lain.
Iya. Kasus ini bikin saya sadar kalau lebih baik fokus ke progres sendiri dan menaruhnya di link yang disematkan pada deskripsi grup (misalnya). Jadi, progres tiap minggunya bisa kelihatan tanpa harus nungguin orang lain.
Dari kasus ini membuat saya sadar bahwa pentingnya menjadi diri sendiri. Mungkin selama ini saya yang selalu mengikuti teman dan kurang menyiapkan rencana cadangan, sehingga saya selalu gusar jika ia tidak hadir. Oleh karena itu, terlepas dari menjadi diri sendiri, menyiapkan lebih dari satu planning juga penting.
Kasus ini menjadi batu loncatan buat saya supaya bisa menjadi pribadi yang lebih mandiri. Dengan fokus terhadap progres, membuat saya menjadi lebih percaya diri dan bersyukur sama pencapaian diri.
Begitu pula dengan jawabannya Kak Safira saat ditanya oleh salah satu mahasiswa tentang cara agar selalu termotivasi untuk belajar ngoding. Kak Safira mengatakan bahwa ia selalu mengingatkan diri sendiri untuk bersyukur sama hal-hal kecil dan selalu bahagia di saat orang lain mikir itu engga seberapa. Karena katanya, semakin besar rasa syukurnya, semakin sering juga kita merasa tenang dan termotivasi.
Intinya, peralihan dari fixed mindset menuju growth mindset itu tidak sebentar. Butuh latihan dan waktu untuk membiasakannya. Maka, kata Kak Rica, “It’s okay, take your time. Jangan lupa untuk refleksi atau journalling.” Kalau Kak Rica, sebelum tidur ia selalu refleksi dan hasil refleksinya ia tuangkan dalam bentuk postingan feed Instagram.
Masih ada lagi materi yang saya peroleh dari webinar kemarin. Semoga saya bisa menuliskannya di blog ini secara perlahan, karena materi ini juga sambil saya pelajari dan praktikkan. Semoga artikel ini bermanfaat buat kamu juga, ya.
Sabtu sore kemarin menjadi kesempatan berharga karena bisa bertemu dan bercerita dengan Kak Rica Asrosa pada webinarnya Gritty yang berjudul “Growth Mindset and Resilience”. Meskipun hanya bertemu via daring karena pematerinya sedang di luar negeri, tapi pertemuan tersebut sama sekali tidak mengurangi semangat saya untuk mengosongkan gelas. Webinar yang berjalan selama dua setengah jam juga tidak terasa lamanya, karena banyak sekali ilmu softskill yang saya dapatkan.
Apa Itu Growth Mindset?
Dalam buku The New Psychology karya Carol S. Dweck yang disampaikan pada saat webinar, growth mindset percaya bahwasanya kemampuan bisa berkembang melalui usaha, strategi yang tepat, dan belajar dari pengalaman. Istilah ini tentunya berlawanan dengan fixed mindset, yang menganggap kemampuan adalah bawaan lahir dan tidak bisa berubah secara signifikan.
Growth mindset ternyata bukan hanya tentang mengakui realita, tapi juga fokus pada proses perbaikan, menentukan strategi yang nyata, dan menumbuhkan keyakinan dalam diri bahwa kemampuan pasti bisa berkembang. Anyway, dari webinar kemarin saya juga baru tahu kalau pernyataan “It’s okay. You did well!” yang seringkali diucapkan oleh orang-orang untuk menyemangati temannya yang belum berhasil, itu ternyata lebih tepat ditujukan ke teman yang sedang berhasil, loh. Karena ungkapan ini hanya memberikan afirmasi positif tapi tidak memberikan ruang untuk belajar.
Growth mindset ternyata bukan hanya tentang mengakui realita, tapi juga fokus pada proses perbaikan, menentukan strategi yang nyata, dan menumbuhkan keyakinan dalam diri bahwa kemampuan pasti bisa berkembang. Anyway, dari webinar kemarin saya juga baru tahu kalau pernyataan “It’s okay. You did well!” yang seringkali diucapkan oleh orang-orang untuk menyemangati temannya yang belum berhasil, itu ternyata lebih tepat ditujukan ke teman yang sedang berhasil, loh. Karena ungkapan ini hanya memberikan afirmasi positif tapi tidak memberikan ruang untuk belajar.
Mengapa Harus Memahami Growth & Fixed Mindset?
Dalam hidup, ada banyak sekali hal-hal di luar kendali kita. Termasuk perubahan sikap teman dekat yang dulunya mau diajak belajar bersama, sekarang malah suka menghilang secara tiba-tiba. Entah apa alasan yang membuatnya sampai berubah, tapi problem tersebut membuat saya sadar bahwa pentingnya memiliki Growth Mindset dan Be Resilient."Daripada terus menerus menyalahkan (blaming) diri sendiri, bukankah lebih baik jika saya jadikan momen ini sebagai bahan evaluasi?" - Sebuah pernyataan growth mindsetKarena growth mindset melihat kegagalan sebagai feedback. Sementara fixed mindset melihat kegagalan sebagai bukti ketidakmampuan. Sehingga, orang yang memiliki fixed mindset seringkali membatasi diri sendiri untuk bereksplorasi.
Bagaimana Cara Menerapkan Growth Mindset?
Berikut adalah lima poin yang dapat kita terapkan untuk memiliki growth mindset. Meskipun shifting mindset membutuhkan proses (tidak bisa dilakukan dalam satu malam), tapi setidaknya lima poin ini dapat diterapkan ketika kita sudah mulai berpikir negatif.1. Sadari dialog internal
Langkah pertama ini menjadi langkah yang paling penting. Apa yang kita katakan pada diri kita, itulah yang menentukan siapa diri kita. Jadi, daripada berkata “Aku gak bisa”, lebih baik diganti menjadi “Aku belum bisa”.2. Reframing Failure
Saat kita salah atau gagal, bagian otak yang disebut error-monitoring system menjadi aktif. Sistem ini berfungsi untuk mendeteksi kesalahan saat kita melakukan sesuatu, terutama saat respon kita tidak sesuai dengan yang diharapkan. Aktivasi ini memicu otak untuk mengevaluasi strategi yang digunakan dan menyesuaikan perilaku agar hasil berikutnya bisa lebih baik.Inilah pentingnya reframing failure, yakni mengubah cara pandang terhadap kegagalan agar dapat menjadi pengalaman yang bermanfaat. Teknik ini melihat kesalahan sebagai data dan pembelajaran, bukan label diri. Karena penelitian dari (Lieberman, 2013) menunjukkan bahwa kegagalan yang diproses dengan benar justru memperkuat koneksi saraf dan mempercepat pembelajaran. Sehingga, jika kita langsung menyerah atau menyalahkan, ini bakal menurunkan kemampuan kita untuk mencoba lagi dan otak akan kehilangan kesempatan untuk membangun jalur pembelajaran yang baru.
Terdapat empat teknik reframing failure yang diajarkan pada webinar kemarin, yaitu sebagai berikut.
a. Pelajaran (Lesson)
Apa yang saya pelajari dari kasus teman yang tiba-tiba berubah?Dari kasus ini, saya belajar bahwa manusia itu cenderung dinamis. Sehingga, saya memang engga boleh bergantung sepenuhnya pada orang lain.
b. Arah Baru (Redirection)
Apakah kasus ini mengarahkan saya ke jalur yang lebih tepat?Iya. Kasus ini bikin saya sadar kalau lebih baik fokus ke progres sendiri dan menaruhnya di link yang disematkan pada deskripsi grup (misalnya). Jadi, progres tiap minggunya bisa kelihatan tanpa harus nungguin orang lain.
c. Cermin (Mirror)
Apa yang kasus ini ungkapkan tentang kebiasaan, nilai, atau persiapan saya?Dari kasus ini membuat saya sadar bahwa pentingnya menjadi diri sendiri. Mungkin selama ini saya yang selalu mengikuti teman dan kurang menyiapkan rencana cadangan, sehingga saya selalu gusar jika ia tidak hadir. Oleh karena itu, terlepas dari menjadi diri sendiri, menyiapkan lebih dari satu planning juga penting.
d. Batu Loncatan (Stepping Stone)
Bagaimana kasus ini membawa saya lebih dekat ke tujuan?Kasus ini menjadi batu loncatan buat saya supaya bisa menjadi pribadi yang lebih mandiri. Dengan fokus terhadap progres, membuat saya menjadi lebih percaya diri dan bersyukur sama pencapaian diri.
3. Fokus pada Proses, Bukan Hanya Hasil
Langkah ketiga ini yang sering digaungkan oleh Kak Rica. Beliau mengatakan bahwa rayakan sekecil apapun usaha, strategi, ataupun kemajuan kecil yang sudah kita lakukan.Begitu pula dengan jawabannya Kak Safira saat ditanya oleh salah satu mahasiswa tentang cara agar selalu termotivasi untuk belajar ngoding. Kak Safira mengatakan bahwa ia selalu mengingatkan diri sendiri untuk bersyukur sama hal-hal kecil dan selalu bahagia di saat orang lain mikir itu engga seberapa. Karena katanya, semakin besar rasa syukurnya, semakin sering juga kita merasa tenang dan termotivasi.
4. Cari feedback dan gunakan untuk perbaikan
Anggap kritik sebagai peta, bukan serangan pribadi. Ada kalanya kita perlu bersikap bodo amat jika ada kritik yang sifatnya menjatuhkan. Namun, untuk kritik yang sifatnya membangun, sebaiknya dijadikan feedback dan perbaikan untuk langkah berikutnya.5. Tantang diri secara bertahap
Coba hal baru di luar zona nyaman, mulai dari langkah kecil. Saat kita mempelajari hal sulit karena berbeda dari biasanya, otak akan membentuk koneksi baru yang akan optimal jika kita percaya bahwa kita bisa berkembang.Intinya, peralihan dari fixed mindset menuju growth mindset itu tidak sebentar. Butuh latihan dan waktu untuk membiasakannya. Maka, kata Kak Rica, “It’s okay, take your time. Jangan lupa untuk refleksi atau journalling.” Kalau Kak Rica, sebelum tidur ia selalu refleksi dan hasil refleksinya ia tuangkan dalam bentuk postingan feed Instagram.
Masih ada lagi materi yang saya peroleh dari webinar kemarin. Semoga saya bisa menuliskannya di blog ini secara perlahan, karena materi ini juga sambil saya pelajari dan praktikkan. Semoga artikel ini bermanfaat buat kamu juga, ya.




Posting Komentar
Posting Komentar