Akankah AI Menggantikan Manusia? -

Posting Komentar
"Coba tanya AI"
Sebagai generasi pertama di keluarga yang belajar teknologi, survive di dunia ini tentu saja tidak mudah bagi saya. Apalagi perempuan. Stigma negatif hingga ekspektasi tinggi dari masyarakat awam sudah menjadi makanan sehari-hari jika saya sedang duduk di luar.

Syukurnya, di saat-saat seperti ini muncul beragam model AI (Artificial Intelligence) yang sangat bermanfaat bagi saya pribadi. Maraknya produk kecerdasan buatan ini juga membantu para pekerja di berbagai sektor. Tidak hanya orang yang bekerja di bidang teknologi saja, tapi juga orang yang bekerja di sektor pemerintahan, kesehatan, pendidikan, dan bisnis juga. Ketenaran dan kebermanfaatannya ini yang membuat saya tertarik untuk mendalami dunia ini.


Apakah AI dapat Menggantikan Peran Manusia?

Sebagai anak yang baru belajar teknologi (baru 3 tahun, loh), saya sempat minder dengan perkembangan AI yang lebih pintar daripada saya. Sampai-sampai pernah berpikir, 
“Ah, ngapain capek-capek belajar kalau si AI ini sudah pintar. Semuanya tinggal tanya sama dia saja, kan?”
Saya sendiri sering menggunakannya untuk mengerjakan tugas kuliah. Namun, seiring berjalannya waktu, saya mulai bertanya pada diri sendiri, "Emangnya kamu paham sama tugasnya kalau semuanya kamu tanyakan pada AI? Nanti kalau orang lain nanya, kamu bisa jelasin engga?"

Dan benar saja, ternyata engga.

Kemudahan itu tidak ada maknanya buat saya jika tidak paham fondasi dari ilmu yang saya dalami. Meskipun tugas itu cepat kelar, tapi rasanya hampa karena saya tidak memahaminya. Iya kalau kelar dan memberikan jawaban yang benar, bagaimana kalau sebaliknya? Bagaimana jika AI memberikan jawaban yang kurang tepat?


Layaknya manusia yang hidupnya senantiasa belajar, kecerdasan buatan juga demikian. Untuk memberikan jawaban (atau bahasa kerennya adalah output) yang sesuai dengan arahan, ia harus diberikan masukan (input) terlebih dahulu. Maka tidak heran jika semakin detail pertanyaan yang diberikan, semakin akurat juga jawaban yang diberikan.

Itulah mengapa kita perlu menggunakan AI secara bijak. Daripada menghabiskan waktu dengan mengkhawatirkan AI, bagaimana jika waktunya digunakan untuk memanfaatkannya dengan bijak? Karena walaupun dapat membantu pekerjaan kita, tapi jawaban dari AI juga engga selalu benar. Ada kalanya jawaban dia salah, sehingga kita juga perlu untuk membenahinya.

Bagaimana Cara Menggunakannya dengan Bijak? 

Pasti sudah pada familiar dengan ungkapannya Xaviera dalam series warung why yang ini
"Untuk bisa menggunakan AI dengan bijak, kita harus tahu bagaimana cara teknologi itu bekerja."
Kini saya mengerti bahwa menjadi mahasiswa IT merupakan sebuah priviledge karena saya jadi punya kesempatan untuk mempelajari bagaimana cara AI bekerja. Bahkan dosen saya juga menyarankan kami untuk menggunakan teknologi tersebut supaya kami tahu cara kerja atau konsep dari AI tersebut.
"Boleh pakai AI, tapi jawabannya dibaca, dispesifikkan, dan dipelajari lagi," ucap dosen saya pada hari itu.
Seperti yang sudah disinggung di atas, semakin detail pertanyaan yang diberikan oleh pengguna, maka semakin akurat juga jawaban yang diberikan oleh AI. Nah, untuk memberikan pertanyaan yang spesifik, pastinya kita perlu menguasai setidaknya fondasi dari ilmu tersebut. Karena semua ada ilmunya.


Misalnya, kita mau mencari informasi dari sebuah data yang jumlahnya ada ratusan baris. Kalau kita engga punya ilmunya dan langsung ikutin cara AI dalam mengolah data tersebut, kita pasti bakal bingung dengan caranya. Beda kalau misalnya kita punya fondasi ilmu tentang cara mengolah data, jawaban dari AI malah justru sangat membantu karena kita paham dengan apa yang dia sampaikan dan bermanfaat banget karena memberikan ilmu baru bagi kita.

Jadi sekarang sudah tahu, kan kalau AI sebenarnya tidak menggantikan peran manusia, tapi membantu manusia yang mau belajar dan beradaptasi dengan perubahan teknologi yang ada.

Semoga artikel ini bermanfaat, ya. Semoga next engga mageran juga untuk merangkum proses pengembangan AI yang tentunya lebih mendalam dari ini.

Related Posts

Posting Komentar